Sekarang jalan-jalan ke mana lagi ya??? gimana kalo ke jakarta, mengunjungi monumen nasional atau yang lebih sering di kenal dengan nama monas.
Yup tahun 2015 aku dan teman-teman pergi ke monas, karena semua teman-teman aku orang bandung, jadi mereka penasaran, aku juga penasaran sih, ahahaha.
Waktu Kunjungan
Senin dan hari besar nasional : Tutup
Selasa - Jum'at : 08.00 - 16.00
Sabtu - Minggu : 08.00 - 17.00
Tiket Masuk
1. Pengunjung Perorangan :
a. Dewasa : Rp 5.000,-
b. Anak-anak : Rp 2.000,-
b. Anak-anak : Rp 2.000,-
2. Pengunjung Rombongan (minimum 20 orang)
a. Dewasa : Rp 3.000,-
b. Anak-anak (TK s.d. SMA) Rp 1.000,-
b. Anak-anak (TK s.d. SMA) Rp 1.000,-
3. Pengunjung Asing Rp 10.000,-
Monumen Nasional atau yang populer disingkat dengan Monas atau Tugu Monas adalah monumen peringatan setinggi 132 meter (433 kaki) yang didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia untuk merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Pembangunan monumen ini dimulai pada tanggal 17 Agustus 1961 di bawah perintah presiden Sukarno, dan dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975. Tugu ini dimahkotai lidah api yang dilapisi lembaran emas yang melambangkan semangat perjuangan yang menyala-nyala. Monumen Nasional terletak tepat di tengah Lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat.
Nah,sudah mengenal sejarah monas walaupun singkat di atas, hehehe, yuk kita lanjut menjelajah monas
Yuhuuuuuuuuuu,,di dalam monas loh ini,,pas masuk ke dalam wuih ber-AC jadi adem banget. Oia di dalam monas ini terdapat Museum Sejarah Nasional.
Di bagian dasar monumen pada kedalaman 3 meter di bawah permukaan
tanah, terdapat Museum Sejarah Nasional Indonesia. Ruang besar museum
sejarah perjuangan nasional dengan ukuran luas 80 x 80 meter, dapat
menampung pengunjung sekitar 500 orang. Ruangan besar berlapis marmer
ini terdapat 48 diorama
pada keempat sisinya dan 3 diorama di tengah, sehingga menjadi total 51
diorama. Diorama ini menampilkan sejarah Indonesia sejak masa pra
sejarah hingga masa Orde Baru. Diorama ini dimula dari sudut timur laut
bergerak searah jarum jam menelusuri perjalanan sejarah Indonesia; mulai
masa pra sejarah, masa kemaharajaan kuno seperti Sriwijaya dan Majapahit,
disusul masa penjajahan bangsa Eropa yang disusul perlawanan para
pahlawan nasional pra kemerdekaan melawan VOC dan pemerintah Hindia
Belanda. Diorama berlangsung terus hingga masa pergerakan nasional
Indonesia awal abad ke-20, pendudukan Jepang, perang kemerdekaan dan
masa revolusi, hingga masa Orde Baru pada masa pemerintahan Suharto.
Sesampainya di atas,,wow fantastic baby,,antrian menuju pelataran puncak dan api kemerdekaan panjang banget sampai 2 baris. Yah mau gimana lagi, masa udah datang jauh-jauh ke monas tapi ga ke puncak, kan ga sesuatu gitu,ahahaha.
Selain wisatawan lokal banyak juga wisatawan asing yang berkunjung ke monas. Mau ke puncak aja susah payah mengantri selama 2 jam, yang paling sebel itu pegel banget ini kaki dan betis, eh ternyata pas liat ke dalam, lift buat ke atas puncak cuma ada 1 dan itu hanya cukup untuk 11 orang. Pantesan aja lama ngantrinya. Jadi kalau mau ke monas lebih baik berangkat pagi supaya tidak terlalu mengantri panjang.
Pelataran Puncak dan Api Kemerdekaan
Sebuah elevator
(lift) pada pintu sisi selatan akan membawa pengunjung menuju pelataran
puncak berukuran 11 x 11 meter di ketinggian 115 meter dari permukaan
tanah. Lift ini berkapasitas 11 orang sekali angkut. Pelataran puncak
ini dapat menampung sekitar 50 orang, serta terdapat teropong untuk
melihat panorama Jakarta lebih dekat. Pada sekeliling badan elevator
terdapat tangga darurat yang terbuat dari besi. Dari pelataran puncak
tugu Monas, pengunjung dapat menikmati pemandangan seluruh penjuru kota Jakarta.
Bila kondisi cuaca cerah tanpa asap kabut, di arah ke selatan terlihat
dari kejauhan Gunung Salak di wilayah kabupaten Bogor, Jawa Barat, arah
utara membentang laut lepas dengan pulau-pulau kecil.
Di puncak Monumen Nasional terdapat cawan yang menopang nyala lampu
perunggu yang beratnya mencapai 14,5 ton dan dilapisi emas 35 Kilogram.
Lidah api atau obor ini berukuran tinggi 14 meter dan berdiameter 6
meter terdiri dari 77 bagian yang disatukan. Lidah api ini sebagai
simbol semangat perjuangan rakyat Indonesia yang ingin meraih
kemerdekaan. Awalnya nyala api perunggu ini dilapisi lembaran emas
seberat 35 kilogram[1],
akan tetapi untuk menyambut perayaan setengah abad (50 tahun)
kemerdekaan Indonesia pada tahun 1995, lembaran emas ini dilapis ulang
sehingga mencapai berat 50 kilogram lembaran emas.[9]
Puncak tugu berupa "Api Nan Tak Kunjung Padam" yang bermakna agar
Bangsa Indonesia senantiasa memiliki semangat yang menyala-nyala dalam
berjuang dan tidak pernah surut atau padam sepanjang masa. Pelataran
cawan memberikan pemandangan bagi pengunjung dari ketinggian 17 meter
dari permukaan tanah. Pelataran cawan dapat dicapai melalui elevator
ketika turun dari pelataran puncak, atau melalui tangga mencapai dasar
cawan. Tinggi pelataran cawan dari dasar 17 meter, sedangkan rentang
tinggi antara ruang museum sejarah ke dasar cawan adalah 8 m (3 meter
dibawah tanah ditambah 5 meter tangga menuju dasar cawan). Luas
pelataran yang berbentuk bujur sangkar, berukuran 45 x 45 meter,
semuanya merupakan pelestarian angka keramat Proklamasi Kemerdekaan RI (17-8-1945).
Sebanyak 28 kg dari 38 kg emas pada obor monas tersebut merupakan sumbangan dari Teuku Markam, seorang pengusaha Aceh yang pernah menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia.
Alhamdulillah akhirnya sampai juga di puncak, inilah suasana di atas puncak monas, sempet kecewa juga sih, kirain bisa liat lidah api yang terbuat dari emas eh ternyata ga bisa, lidah api nya cuma bisa di liat dari kejauhan aja.
Udah puas tu di atas puncak, nah saatnya turun ke bawah menggunakan lift lagi, tapi liftnya ga berenti sampai ke bawah atau tempat di mana kita pertama kali naik,tapi lifnya turun di lantai berapa ya??lupa,ahahaha,lalu selanjutnya kita menuruni tangga untuk turun dari puncak. Nah pas lagi turun tangga, ada salah satu pintu yang terbuka menuju ke teras monas yang berbentuk segi empat, kami istirahat dulu di sini sambil eksis foto-foto. Di kejauhan bisa terlihat Mesjid Istiqlal loh.
Sudah ga penasaran sama puncak monas lagi, mari kita turun ke bawah untuk menuju relief sejarah Indonesia.
Relief Sejarah Indonesia
Pada tiap sudut halaman luar yang mengelilingi monumen terdapat relief yang menggambarkan sejarah Indonesia.
Relief ini bermula di sudut timur laut dengan mengabadikan kejayaan
Nusantara pada masa lampau; menampilkan sejarah Singhasari dan
Majapahit. Relief ini berlanjut secara kronologis searah jarum jam
menuju sudut tenggara, barat daya, dan barat laut. Secara kronologis
menggambarkan masa penjajahan Belanda, perlawanan rakyat Indonesia dan
pahlawan-pahlawan nasional Indonesia, terbentuknya organisasi modern
yang memperjuangkan Indonesia Merdeka pada awal abad ke-20, Sumpah Pemuda,
Pendudukan Jepang dan Perang Dunia II, proklamasi kemerdekaan Indonesia
disusul Revolusi dan Perang kemerdekaan Republik Indonesia, hingga
mencapai masa pembangunan Indonesia modern. Relief dan patung-patung ini
dibuat dari semen dengan kerangka pipa atau logam, namun beberapa
patung dan arca tampak tak terawat dan rusak akibat hujan serta cuaca
tropis.
Relief-relief nya bagus banget dan kita jadi tahu sejarah Indonesia hanya dengan melihat relief-relief ini saja.
Nah puas jalan-jalan di monas, waktunya pulang berhubung hari sudah menjelang sore, tapi eksis dulu dong, ahahahaha.
Kami sedang berada di dapan Istana, sebenarnya kalo dari dekat ga terlalu jauh hanya di foto saja yang tampak jauh.
Wajah-wajah yang lelah gara-gara pulang mau ke stasiun jalannya jauh banget ya Allah, kaki sudah pegel lalu panas pula,huhuhu.
Di depan gerbang monas ada air mancur, airnya melimpah ruah, walaupun lelah seharian jalan-jalan di monas, tapi melihat air mancur ini saat pulang rasa lelah sedikit terobati.







Tidak ada komentar:
Posting Komentar